Kapal Greenpeace yang bernama Esperanza pagi ini tiba di Jakarta 30 Oktober 2008
Special Invitation Kapal Kampanye Greenpeace MV Esperanza Menuju Jakarta
Greenpeace mengundang anda dan keluarga untuk datang ke “ MV Esperanza Open Day “, dengan informasi sebagai berikut :
Hari dan tanggal : Kamis, 30 Oktober 2008
Waktu : 13.00 – 16.00 WIB
Tempat : Pelabuhan Penumpang, Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Tempat Terbatas,
harap konfirmasi terlebih dahulu melalui telpon: 021-32839760 / 021-3156533
Senin – Jumat, 10.00 WIB -18.00 WIB
Kami harap mendapat kabar dari anda selambat-lambatnya Jumat 24 Oktober 2008, sehingga kami dapat menyiapkan tempat khusus untuk anda.
Kapal Greenpeace, Esperanza, telah memulai pelayaran "Hutan untuk Iklim" di Indonesia. Kapal ini membawa pesan 'Melindungi Hutan, Menyelamatkan Iklim'. Esperanza akan berlayar di Indonesia hingga 15 November mendatang guna menyerukan kepada Pemerintah untuk menerapkan moratorium penebangan hutan.
Greenpeace pada Senin lalu (6/10) memulai pelayaran kapal "Hutan untuk Iklim" di Indonesia. Pelayaran ini dimaksudkan untuk menyoroti maraknya pengrusakan hutan dan dampak buruknya pada iklim global, penyusutan keanekaragaman hayati. Kampanye ini juga ditujukan buat masyarakat yang bergantung pada hutan.
Kapal Greenpeace Esperanza (dalam bahasa Spanyol berarti "harapan"), Senin kemarin (6/10) tiba di Jayapura, Papua. Bumi Cendrawasih ini merupakan benteng terakhir hutan alam asli di Indonesia dan yang juga merupakan pulau terakhir yang menjadi sasaran penebangan besar-besaran demi perluasan perkebunan kelapa sawit, pembalakan dan industri lainnya.
Esperanza akan berlayar di negara kepulauan terbesar di dunia ini hingga tanggal 15 November mendatang guna menyerukan kepada Pemerintah untuk menerapkan penghentian sementara (Moratorium) penebangan hutan. Sementara bagi perusahaan-perusahaan diminta untuk menghentikan perluasan industri dengan merambah hutan-hutan alam.
Pemerintah Indonesian harus segera menerapkan moratorium terhadap semua bentuk konversi hutan, termasuk perluasan perkebunan kelapa sawit, industri penebangan dan faktor pendorong lain dari deforestasi. Hal ini tidak hanya akan memperlambat emisi gas rumah kaca, tetapi juga menjaga kekayaan keanekaragaman hayati dan melindungi kehidupan masyarakat yang bergantung pada hutan di seluruh Indonesia
Saat ini, Indonesia adalah pengemisi gas rumahkaca terbesar keempat di dunia (setelah Amerika Serikat, Cina dan Brazil) terutama akibat deforestasi. Tetapi kenyataannya, pemerintah dan industri yang seharusnya bisa menyelamatkan hutan Indonesia dan iklim dunia, terus menebanginya dan memperburuk krisis iklim.
Hutan Indonesia terus menyusut dengan laju yang mengkhawatirkan demi komoditas tertentu, seperti kelapa sawit. Penghancuran hutan menimbulkan bencana bagi masyarakat, budaya dan keanekaragaman hayati. Deforestasi juga melepas sekitar 20 persen dari emisi gas rumahkaca dunia setiap tahun, memperburuk perubahan iklim.
Ekspansi perkebunan kelapa sawit besar-besaran saat ini adalah pendorong terbesar deforestasi di Indonesia. Sebagian besar perkebunan ini berada di wilayah hutan rawa gambut yang kaya kandungan karbon. Ketika hutan rawa gambut dibuka dan dibakar, sama halnya dengan mengaktifkan bom karbon, yang mampu melepas hampir dua milyar ton karbondioksida per tiap tahun.
Kapal Esperanza membawa pesan 'Melindungi Hutan, Menyelamatkan Iklim'. Hutan tropis dan hutan gambut memegang peran penting dalam pengaturan iklim global. Saat hutan dirusak, kita mengalami kerugian ganda, pertama karena hilangnya hutan sebagai penyerap emisi, dan kedua deforestasi sendiri melepaskan gas rumahkaca dalam jumlah luarbiasa besar. Kita membutuhkan hutan yang luas untuk memerangi perubahan iklim dan menjaga planet ini.
Sumber: http://www.greenpeace.org/
semoga misi ini bisa mendapat perhatian lebih dalam penyelamatan hutan
ReplyDeleteSemoga di tanggapi dengan serius
ReplyDelete@ Tony & Abi Bakar
ReplyDeletebila dengan pengawasan yang lebih ketat, dan semua regulasi di jalankan dengan benar dan terarah, saya rasa negara kita bisa keluar dari kategori atau tidak lagi dengan sebutan sebagai negara penghancur hutan tercepat di dunia, semoga saja